Header Ads



66 Warga China Menipu di Negara Indonesia Karena Banyak WNI Tionghoa Berkeliaran

CNN Indonesia -- Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri
Yunus mengungkapkan ada beberapa alasan mengapa Indonesia dipilih oleh 66 warna negara china untuk melakukan aksi penipuan. Salah satunya tak mudah dicurigai karena banyak warga Indonesia yang keturunan China atau Tionghoa.

Hal ini terungkap dari pemeriksaan usai tim gabungan Polda Metro Jaya meringkus 66 warga negara China yang melakukan aksi penipuan lewat telepon.
Yusri mengatakan, alasan pertama, para pelaku menganggap akses internet di Indonesia mudah diakses.

"Yang pertama di Indonesia ini jaringannya paling gampang, jaringan internet di sini paling mudah," kata Yusri saat dikonfirmasi, Selasa (26/11).

Selain jaringan internet, kata Yusri, para pelaku warga negara China itu tidak mudah dicurigai selama berada di Indonesia. Sebab banyak juga warga keturunan China di Indonesia.
  Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Yusri Yunus. (CNN Indonesia/ Bisma Septalisma).

"Kulit mereka sama, banyak keturunan China di sini makannya mereka enggak terlalu mudah dicurigai oleh warga-warga di sini.

Sebelumnya, tim gabungan Polda Metro Jaya melakukan penggerebekan di enam lokasi di wilayah Jakarta dan Tangerang. Dari penggerebekan itu, polisi meringkus 66 warga negara China terkait kasus penipuan lewat telepon.
"Dari seluruhnya untuk sementara data yang saya dapat ini, ada 66 warga negara China yang saat ini kita amankan," kata Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Iwan Kurniawan kepada wartawan, Senin (25/11).

Sementara itu, dalam menjalankan aksinya para pelaku biasanya menawarkan jasa bantuan kepada korban dalam menyelesaikan sebuah kasus. Korban dalam kasus itu, kata Yusri, diketahui juga merupakan warga negara China.

"Penipuan dengan menggunakan media telkom atau telepon, di mana para pelakunya warga negara asing. Jadi rata-rata ini warga negara dari China atau Tiongkok dan korbannya juga sama, korbannya warga negara asing sendiri atau dari China," tutur Yusri. (dis/osc)

sumber : cnnindonesia